Tidak seperti biasanya, Andi pulang
sebelum adzan maghrib berkumandang, dengan baju yang kotor disana-sini,
mata menyorotkan kemarahan dan mulut yang cemberut. Tanpa mengucapkan
salam pada ibu yang sedang membaca majalah di ruang tamu, Andi bergegas
ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Kebiasaan Andi yang diajarkan
ibu jika pulang main dengan teman-temannya.
“Andi, duduk sini nak!” kata ibu melihat Andi telah selesai membersihkan diri.
“Bertengkar sama teman? Tanya ibu lembut
Andi menggeleng.
“Terus?” Tanya ibu lagi
“Itu bu, mbah Karno..”
“Kenapa mbah Karno?”
“Masak
dia marah-marah ama Andi cuma gara-gara bola yang kami mainkan masuk ke
halamannya. Padahal Andi kan gak sengaja mengarahkan bola ke
halamannya. Ih..sebel dech!”
Ibu tersenyum mendengarkan Andi ngomel-ngomel mengeluarkan kemarahannya.
“Emang Andi main bolanya dimana?”
“Di
jalan depan rumah mbah Karno, bu! Bukan di halamannya! Huh! Lagian
siapa juga yang mau main di halamannya yang sempit itu? Dasar mbah Karno
nya aja ke GR an.”
“Sshhtt..marah boleh sayang, tapi tidak baik mengata-ngatai orang tua. Ok?”
Dan bibir Andipun makin cemberut meski kepalanya mengangguk.
“Ada yang rusak nggak waktu bolanya masuk halaman mbah Karno?” Tanya ibu
“Nggaaak
bu! Lagian marahnya gak jelas banget tuh kakek-kakek, namanya main bola
kan ya wajar dong bolanya kemana-mana. Jadi bukan salah Andi kalau
bolanya lari kerumah dia. Udah gitu pakai marah-marah lagi, nyalahin
Andi yang main bola disitu. Ihh emangnya itu jalan milik nenek moyangnya
apa? Itukan jalan umum.”
“Ya udah, besok lagi kalau main bola di lapangan. Jangan didalam komplek ya! Terus Andi sudah minta maaf kan ke mbah Karno?”
“Minta
maaf??” Teriak Andi kencang. “Andi gak salah bu! Andi kan nggak
ngarahin bola itu ke rumah mbah karno! Emangnya andi salah kalau
tiba-tiba bolanya masuk halaman rumah dia?”
“Andi
sayang, tarik nafas dulu!” Kata ibu dengan suara lembut tapi tegas.
“Ibu tahu, Andi anak ibu gak mungkin sengaja menendang bola kearah rumah
mbah Karno, ibu percaya sama Andi."
“Iya bu!”
“Tapi
Andi juga harus ngertiin perasaan mbah Karno. Menurut ibu, wajar mbah
Karno marah, beliau kan kawatir bola kalian mengenai barang-barang mbah
Karno. Lagian mbah Karno marah mungkin karena Andi gak merasa bersalah
dan tidak minta maaf.”
“Yeee..orang emang Andi nggak salah! Ibu gimana sih kok malah belain kakek tua sensitif itu dan bukannya belain anak ibu?”
“Karena anak ibu salah!”
“Andi gak salah!!” teriak Andi kencang.
“Ok..ok..dengar ibu! Ibu sekarang mau tanya, dimana tempat yang sebenarnya untuk main bola?”
“Ah ibu..kan Andi..”
“Jawab saja sayang!” Kata ibu dengan suara lebih lembut.
“Iya..iya..di lapangan.”
“Itu
kesalahan Andi pertama. Mau sengaja atau tidak, karena Andi main
disitu, Andi harus bertanggung jawab sepenuhnya jika bola itu mengenai
orang lain atau rumah orang lain. Karena Andi main bola bukan di tempat
yang benar! Dan juga karena Andi lah yang menendang bola itu!"
“Ibu
sering bilang kan sama Andi, bagaimana kita harus bertanggung jawab
atas semua yang kita katakan atau lakukan jika itu mengakibatkan orang
lain merasa dirugikan atau merasa disakiti. Meskipun kita tak pernah
bermaksud merugikan atau menyakitinya.”
“Itulah
pula kenapa ibu selalu berpesan pada Andi untuk hati-hati. Hati-hati
bersikap dalam pergaulan, hati-hati melangkah, hati-hati berbicara dan
hati-hati disegala hal.”
“Dan
jika dengan berhati-hatipun kita akhirnya masih merugikan atau
menyakiti orang lain secara tidak sengaja, tidak ada salahnya minta maaf
sayang. Jangan mahal-mahal dengan kata maaf. Karena sebenarnya kata
maaf itu bisa memperbaiki segala hal buruk yang terjadi.”
“Coba tadi Andi langsung minta maaf sama mbah Karno, tentu beliau tak sampai marah-marah kan?”
“Paham sayang, maksud ibu?”
“Iya bu, maafin Andi.”
Ibu tersenyum penuh kasih pada Andi.
“Satu
lagi sayang, seberapapun marahnya kita pada orang lain, apalagi dia
lebih tua daripada kita, jangan pernah menggunakan kata-kata kasar! Ok
sayang!”
“Ingat selalu sopan santun itu! Karena sopan santun lah yang akan membuat kita dihargai oleh orang lain."
“Sopan
santun akan membuat kita banyak teman, menghindarkan kita dari dibenci
orang lain dan yang pasti kalau Andi sopan ibu bangga sekali ama Andi.”
“Ya sudah..” lanjut ibu melihat Andi hanya diam dan menunduk. "Besok ajak temanmu untuk minta maaf sama mbah Karno. Ok sayang?”
Kemarahan
belum hilang dari wajah Andi, tapi ibu percaya bahwa Andi anak baik.
Saat kemarahan itu nanti mereda, dia akan menyadari kesalahannya.
Perlahan ibu berjalan keluar rumah, bermaksud ke rumah mbah Karno untuk
meminta maaf atas kelakuan Andi.
***
(By Rinzhara)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar