CUPLIKAN BAB 22..
Meeta
memacu mobilnya dengan kecepatan penuh saat memasuki pintu tol Jagorawi.
Ketakutan itu mengejarnya, kata-kata Gunawan terus menghantuinya. Berkali-kali
dia melihat ke belakang melalui kaca spion mobilnya.
Tak
ada yang terlihat! Hanya deretan lampu-lampu kendaraan yang melaju kencang
seperti dirinya. Tak ada satupun yang mencurigakan! Tapi rasa takut itu tak
juga mau hilang.
Dia
benar-benar tak mau tahu siapa yang bersembunyi di balik kemudi di belakangnya.
Sejak Gunawan menyuruhnya untuk waspada, dia mulai mengamati mobil di
belakangnya.
Mencurigai
setiap sinar lampu yang berada tepat di belakangnya. Mengurangi kecepatan dan
menunggu mereka melewatinya. Sebelum memacu kembali mobilnya dengan cepat. Jantung
Meeta terus berdetak kencang, berharap menemukan polisi yang sering terlihat
patroli di sepanjang ruas tol Jagorawi.
***
Mobil
di belakangnya tampak semakin mendekat mengambil ruas jalan di samping
kanannya, Meeta sedikit merasa lega dan mulai mengurangi kecepatan mobilnya.
Rasa takut itu membuatnya berhalusinasi, mungkin memang tak ada apa-apa,
mungkin memang mobil itu bukan siapa-siapa. Rasa lega benar-benar menyerbu
dadanya, saat mobil itu melaju kencang meninggalkannya. Meeta mulai mengurangi
kecepatannya, dia akan istirahat sebentar di rest area di depan.
Meeta
sudah memutar kemudinya ke kiri, ketika mobil yang berhenti di bahu jalan itu
menyalakan lampu dan mulai menyusulnya. Dia sama sekali tak memperhatikan mobil
itu tadi. Tapi posisi mobil itu yang terus mendesaknya ke bahu jalan membuatnya
mengerti apa yang sedang terjadi padanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar