“Nggak ada shampo ya, Nduk?”
Ningrum menatap Dody dengan heran. Sementara tangannya masih
sibuk mengaitkan kancing BH. Memasukkan kedua
lengan secara bergantian ke dalam lingkaran talinya. Meraih celana dalam
dan memakainya. Denyutan di bagian kewanitaannya masih terasa.
Belum setengah jam mereka selesai bercinta. Dan tentu saja
dia tak berpikir bahwa sekali bercinta dengan Dody sudah cukup bagi mereka
berdua.
Setelah enam bulan hubungan mereka yang penuh gairah, yang hanya
bisa mereka luapkan melalui rangkaian huruf di ruang maya. Setelah dia berhasil
mencari alasan untuk terbang ke kota Dody dan mencuri kesempatan di antara kesibukannya
mengurus anak-anak.
Dan setelah semua itu, tentu saja dia berharap rangkaian
mimpi erotis yang menggodanya selama berbulan-bulan akan terwujud dalam pertemuan
mereka Jumat ini. Seperti yang selalu mereka lontarkan di kamar-kamar chatting
mereka. Saling memagut, saling mengulum, melenguh dan menusuk. Meneriakkan ah ih
uh yang bikin mabuk. Memompa birahi yang selama ini terbendung. Dan meledakkannya
dalam kenikmatan peluh.
“Mau nunggu? Kalau mau, nanti aku antar sampai terminal.”
Ningrum ternganga. Tak ada kata yang keluar. Hanya tatapan
luka penuh keheranan yang mengiringi langkah Dody keluar kamar menuju mushola
dekat hotel melati tempat mereka berada.
“Sialan!”
Lengang sesaat.
“Bajingan kau, Dody!”
Bahkan pelacurpun tak akan diperlakukan sehina dirinya!
***
FF 200 kata
Rangkaian cerita Rinzhara
image : pinjam dari google