beri aku kesempatan


“Konyol!”
“What? Kau bilang konyol? Kau pikir aku bodoh tak bisa melihat perubahan itu di dirimu? Kau berubah!!”
“Harus berapa kali aku bilang bahwa tidak ada wanita lain!”
“Hah! Mana ada maling ngaku?”
“Terserah! Silahkan kau terus tersiksa dengan pikiranmu sendiri! Tapi perlu kamu tahu! Tak ada wanita lain!!”
“Bullshit!”
“Terserah!” kata Gilang sambil mengibaskan tangannya kesal. Dia sudah melangkah keluar meninggalkan kamar ketika tiba-tiba berbalik dan menatap Keysha dengan pandangan prihatin. “Sebaiknya kau mencari kegiatan! Agar pikiranmu tak dipenuhi prasangka. Ada baiknya kau mulai bekerja lagi. toh anak-anak sudah besar.”
“Prasangka??” teriak Keysha murka.
“Sudahlah! Aku lelah terus dicurigai. Pikirkan kata-kataku!”


Pertengkaran itulah yang terus diingat Gilang sekarang. Ya! Dialah yang menyuruh Keysha untuk kembali bekerja. Meski dari awal Keysha selalu menolak karena tak ingin meninggalkan anak-anak diasuh pembantu di rumah. Dan dialah yang membujuk dan memaksa Keysha untuk bekerja!
“Ahh!” Gilang mendesah penuh sesal. Bahkan dialah yang mencarikan Keysha kerja saat itu.

“Jadi beneran kamu pengen aku kerja lagi?”
“Iya sayang! Aku hanya tak ingin kamu bosan di rumah. Dengan bekerja hidupmu akan lebih berwarna. Kamu akan kembali punya banyak teman.”
“Hmm..nggak takut ntar aku kecantol teman kerja?” tanya Keysha menggoda Gilang.
“Halah! Emak-emak siapa juga yang mau!”
“Yeeee.. justru banyak yang suka ama emak-emak tahu!!”
“Siapa bilang?”
“Tuh buktinya banyak yang cerai!”
“Itu lelakinya yang selingkuh ama gadis! Bukan emak-emak yang selingkuh!”
“Mau bukti?”
“Jangan macam-macam!” ancam Gilang saat itu sambil bercanda. Dan Keysha pun tertawa terbahak-bahak.

Dan siapa sangka guyonan mereka saat itu benar-benar menjadi kenyataan? Gilang meremas rambut dengan kedua telapak tangannya.
“Kenapa penyesalan selalu datang terlambat?” pikir Gilang penuh sesal. Andai tahu semua akan berakhir dengan perceraian, dia tak mungkin mencarikan Keysha kerja. Dia tak mungkin membujuk Keysha untuk mau bekerja lagi. Dia akan biarkan Keysha di rumah seperti biasanya, mengasuh anak-anak, melayaninya dan mencurigainya.
Oh Tuhan! Andai dia tahu bahwa pernikahan mereka akhirnya hancur, dia akan biarkan Keysha terus mencercanya dengan pertanyaa-pertanyaan yang memojokkannya. Itu lebih baik daripada harus kehilangan Keysha dan anak-anak.

“Shit!” umpat Gilang pelan. Takdir! Kata teman-temannya saat mengetahui tentang gugatan perceraiannya. Benarkah perceraian itu takdir? Gilang tak percaya! Andai Keysha tetap di rumah, dia tak mungkin punya kesempatan untuk selingkuh! Dia tak punya kesempatan untuk kenal dengan laki-laki lain! Keysha tipe perempuan rumahan. Yang tak pernah keluar rumah kecuali untuk belanja harian dan mengantarkan anak-anak ke sekolah. Dia hanya akan keluar dengannya! Jadi mungkinkah dia akan selingkuh jika tetap di rumah? Gilang mengusap wajahnya dengan lelah. Memang bukan perselingkuhan itu yang dijadikan alasan Keysha untuk meminta cerai darinya. Kurang perhatian, terlalu sibuk bekerja hingga tak memiliki waktu buat dia dan anak-anak.
“Bullshit!” geram Gilang.
Selalu mencari kambing hitam untuk menyalahkan pihak lain saat seseorang mulai terdesak. Mana ada satu orangpun yang mau mengakui alasan perceraian dengan jujur bahwa dia berselingkuh? Selalu alasan yang dicari-cari. Seperti Keysha yang menyalahkannya!
Gilang kembali mendesah lelah.
Teringat kembali betapa Keysha selalu seperti anak kecil yang menuntut perhatiannya. Selalu menyindirnya saat dia pulang malam dalam keadaaan capai. Itu jauh sebelum Keysha mulai memojokkannya denganpertanyaan tentang perempuan lain.

“Susah ya sekedar sms mengabarkan kalau pulang malam agar aku gak nunggu-nunggu kamu dengan perasaan khawatir?” cerca Keysha saat dia baru saja masuk ke dalam rumah tengah malam itu.
“Kan pagi aku sudah bilang kalau hari ini ada rapat.”
“Ada rapat!! Tapi bukan pulang tengah malam begini! Memangnya ada rapat dari pagi sampai tengah malam baru selesai?”
“Ya memang rapatnya selesai setengah satu. Tapi habis itu muter proyek.”
“Sampai tengah malam?”
“Kan aku pegang tujuh proyek sayang!”
“Trus kenapa gak ngabarin?” sungguh Gilang selalu jengkel jika Keysha terus memojokkannya seperi itu. Dia hanya berharap Keysha mau mengerti dan tidak selalu meributkan hal-hal sepele. Dia begitu sibuk hari itu! Dan tak terpikir sama sekali untuk mengabari Keysha di rumah. Dia pikir Keysha akan mengerti, tak hanya sekali itu dia pulang larut saat sedang ada proyek. Bertahun-tahun mereka berumah tangga. Seharusnya Keysha sudah lebih mengerti dan tak perlu menuntutnya untuk selalu mengabari jika dia pulang larut seperti malam itu!
“Kapan sih kamu berubah? Sedikit saja memperhatikan aku. Atau kamu memang nggak anggap aku pantas dihargain?”
“Kok sampai situ mikirnya?”
“Ya iyalah! Kalau aku dianggap sebagai istri pasti kamu tahu bahwa aku nungguin kamu pulang. Was-was dan khawatir kamu kenapa-kenapa sampai tengah malam gak pulang.. Sms nggak dijawab! Telpon sibuk terus! Kamu pikir aku nggak khawatir?”
“Iya..iya maaf!”
“Maaf-maaf..kalo minta maaf tuh yang ikhlas!”
“Ikhlas kok!” jawab Gilang bercanda.
“Kalau ikhlas tuh ya berubah!”

Gilang menarik nafas dalam. Melegakan sesak di dadanya. Tuntutan kantor dan kesibukannya memang sering membuatnya meninggalkan Keysha dan anak-anak. Dan bodohnya dia! Selalu menganggap remeh cercaan Keysha. Dia memang tak pernah berubah! Dia terlalu sibuk untuk sekedar mengabari Keysha keberadaannya. Dia terlalu menganggap gak penting menanyakan kabar Keysha di rumah dengan anak-anaknya. Dia memang bodoh!
“Bodoh!” maki Gilang pada dirinya sendiri.
Wajar Keysha lari ke pelukan lelaki lain yang lebih memperdulikannya. Wajar dia menceraikannya. Karena dia memang bodoh! Tak pernah perduli pada keinginan Keysha! Pada kebutuhannya untuk diperhatikan dan dikasihi.
“Tolol!!” teriak Gilang. Suaranya menggema memenuhi rumah kosongnya. Rumah yang dibangun dengan cucuran keringat dan butiran cinta Keysha dan anak-anak. Rumah yang biasanya ramai oleh teriakan histeris anak-anaknya. Rumah yang selalu diwarnai tawa dan cercaan Keysha.
“Keysha..” panggil Gilang lirih.
Sudah terlambatkah baginya meminta Keysha kembali? Masih bersediakah Keysha pulang ke rumah mereka? Masih percayakah Keysha pada janjinya?
Gilang hanya sesaat tertegun.
“Kenapa dia tidak mencoba?” tanyanya dalam hati sebelum kemudian melesat menyambar kunci mobilnya dan membanting pintu di belakangnya.
“Keysha.. maafkan aku!”

***

By Rinzhara


Tidak ada komentar:

Posting Komentar