Berjalan menunduk di taman kota, disebelah kanan
masjid agung di kota Utama. Langkahnya berat terasa penuh beban, menuju bangku
taman di dekat serumpun ilalang yang sedang berbunga.
Keindahan sore itu tak mampu membuat kesedihan
terhapus dari wajah wanita muda itu.
Drupadi namanya, sebenarnya adalah wanita muda nan
jelita dengan keceriaan yang selalu terpancar dari wajahnya. Sudah seminggu ini
keceriaan itu tertutup mendung kesedihan, sudah seminggu ini, dia menikmati
sore di taman bunga dengan raut kebingungan. Bahkan sudah seminggu ini, tak ada
lagi sapa cerianya untuk anak-anak yang sedang asyik bermain bola di taman.
Keindahan dan keriuhan taman itu tak sedikitpun mengganggu lamunannya.
Drupadi memang sedang kebingungan, tadinya
permainan itu begitu mengasikkan, dia menikmatinya, dia menyukai debaran dan
degup jantungnya saat memainkan peran dalam permainannya. Tadinya memang
baik-baik saja, berjalan lancar sesuai yang diinginkannya, tapi ternyata sang
Sutradara menginginkan akhir yang dramatis, dan memberikan sedikit cubitan atas
kenakalannya.
Ufffhh.. Drupadi menghembuskan nafas panjang. Sudah seminggu
tapi dia tak juga mampu menentukan apa yang harus dia lakukan.
“Semuanya salah Dewi Sri, “kutuknya dalam hati. Sahabatnya
dari kota di seberang lautan, yang menceritakan tentang kisah Drupadi di Mahabharata, yang memiliki lima suami
dalam waktu bersamaan sampai akhir hayatnya.
“ Kelima
suami Drupadi adalah saudara, kakak-adik yang dijuluki Pandawa, anak Kunthi.” Jelas Dewi padanya.
“Gambaran
Drupadi mirip denganmu, wanita muda menawan berkulit hitam manis.”
“Ihh..maksud
loe? “ tanya Drupadi sambil
cekikikan.
“Yaelah,
Drupadi aja bisa nggaet cowok lima biji…upz lima orang..hihihii..masak loe
kagak bisa sih?”
“Hah? Gila
loe ye? Hahahaa..”
Kelakar mereka saat itu memang hanya sebatas
bercanda, tapi tantangan Dewi Sri terus mengusik hatinya. Menggelitiknya untuk
membuktikan, bahwa Drupadi yang inipun bisa seperti Drupadi yang ‘itu’.
Dan hanyutlah dia dalam peran Drupadi versinya,
memacari lima pria dalam waktu bersamaan. Dan kelimanya bersaudara!
Uffhh… Kembali Drupadi menghela napas berat.
Sayangnya pria jaman sekarang mana mau di-dua-in, apalagi di ‘lima’ in! Jadi dia menyembunyikan yang satu dari yang lainnya. Mengatur
sedemikian rupa hingga satu sama lain tak mengetahui permainannya. Dan dia
menikmatinya. Kelima pandawa itu sama baiknya, sama cakepnya dan memiliki cinta
yang sama untuknya.
Uffhh… Lagi-lagi Drupadi menghela nafas berat.
Seperti kata pepatah, sepandai-pandainya Drupadi
melangkah akhirnya terpeleset juga. Ajakan Wisnu membawanya ke suatu tempat untuk
memberikan surprise ternyata
benar-benar mengejutkannya. Siapa sangka hadiah ulang tahun ke 27 nya dari Wisnu
adalah diperkenalkan ke tengah keluarganya.
Drupadi tak bisa mengelak, ketika tiba-tiba mobil Wisnu
berbelok arah ke rumahnya. Rumah dimana Seta, Arya, Pandu dan Panca juga
tinggal disana.
Harapan Drupadi agar ke empat adik Wisnu tak ada di
rumah tentu saja hanya sekedar harapan. Sang Sutradara telahmengatur skenario
untuk mencubitnya dengan keras, setelah adegan teriakan dan makian kelima
saudara itu, akhirnya Drupadi didudukkan dikursi utama. Siap diadili!
“Jadi
permainan macam apa ini dik Dru?”
tanya Wisnu mencoba bijak diantara amarahnya.
Drupadi hanya diam tertunduk. Berharap diam
menyelamatkannya.
“Jawab!!” teriakan Pandu membuatnya terjingkat dari kursi
yang didudukinya. Bersiap kabur menyelamatkan diri. Tapi Arya yang berdiri di
dekatnya lebih sigap menahannya untuk lari.
“Stop! Mau
kemana neng? Duduk!” perintahnya
keras.
Dengan lesu Drupadi kembali duduk, sambil berpikir
keras bagaimana dia bisa lari dari situasi ini. Melarikan diri terbukti gagal
total. Diam juga ternyata tak bisa menyelamatkannya. Jika kemudian air mata
mulai menggenanginya, itu semata-mata karena dia memang ketakutan. Tak menyangka
jika air mata itulah yang meredakan amarah kelima saudara yang berada
disekelilingnya.
Suara Arya pun melunak, Seta yang memang lebih
pengasih diantara mereka mendekati dan mengusap-usap rambut Drupadi. Mencoba menenangkan
isaknya.
“Begini
saja..” kata Panca mencoba
menetralkan suasana. “Siapa diantara kami
yang kamu pilih?”
Drupadi menggeleng pelan setelah beberapa saat
terdiam.
“Tapi kamu
harus menentukan pilihan, kamu tak bisa memacari kami berlima!” sambar Arya keras.
Kembali Drupadi hanya bisa menggeleng, dengan isak
yang makin kencang.
“Dik Dru..”kata Seta lembut.
“Sejujurnya
saya marah, tapi saya mencintaimu, sama seperti saudara saya yang lain. Jika kamu
tak bisa menentukan pilihan, biarkan kami berembuk berlima dulu, kamu tunggu
disini! Apapun keputusan yang kami ambil, kamu harus mau menerimanya! Jika kamu
tidak berkenan, anggap saja ini hukumanmu. “ lanjut Seta lagi.
Dan persetujuan kelima saudara itupun membuatnya
kembali tak berkutik saat dia dibawa masuk ke salah satu kamar di rumah itu,
agar tidak kabur selama mereka berembuk mengambil keputusan.
Entah apa yang mereka bicarakan, dan siapa yang
mengusulkan ide gila itu hingga hukuman itupun dijatuhkan kepadanya.
Dia harus menikah bulan depan dengan Wisnu sebagai
yang tertua diantara mereka, secara sah didepan penghulu. Dan berturut-turut
menikahi satu demi satu keempat sisanya berdasarkan urutan umur dari yang
tertua secara siri!!
Bumi seolah berguncang dan tanah yang dia injakpun
merekah, menenggelamkan Drupadi dalam kegelapan.
Dan teriakan terakhir Drupadi menggema sebelum
kemudian dia jatuh pingsan.
“Tidaaaaakkkk…
aku bukan Drupadi yang itu!!”
*By Rinzhara*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar