Air Mata Diantara Ilalang - bagian 6


Bagian 6 : Antara Kita Saja

“Aku ikut!” kata Bara sambil bergegas menyambar dompet dan HPnya diatas meja dekat ranjang.
“Jangan! Siska sudah berpesan untuk tak memberitahumu! Dia akan kecewa kalau aku tak menepati janjiku.”
Bara menatap Bunga dengan dahi berkerut.
“Apa yang ingin disampaikan Siska? Kenapa aku tak boleh mengetahuinya?”
Bunga mengedikkan bahunya, membereskan barang-barangnya dan beranjak untuk segera meninggalkan kamar tempat Bara menginap.
“Sesuatu yang penting tentang Zhara. Entahlah! Tadi Siska terdengar cukup tegang.”
“Jadi aku benar-benar tak boleh ikut ke rumahmu?”
Bunga tersenyum pada Bara.
“Aku akan memberitahumu setelahnya. Ok?”
Bara hanya mendesah sebagai jawaban.
“Aku pulang.”
“Tunggu!” seru Bara cepat sambil meraih tas di meja, mengambil agenda dari dalamnya dan menyerahkan pada Bunga.
“Catat alamatmu disini! Aku boleh main kesana bukan?” Bunga kembali tersenyum dan mulai menulis alamat lengkapnya. Menyerahkan kembali agenda itu pada Bara dan melangkah keluar meninggalkan Bara yang masih heran dengan sikap Siska yang tak mau menemuinya.

***


Simak selengkapnya di “air mata diantara illalang” segera terbit!!

rebutan cowok? gak banget dech!

“Apa-apaan sih loe?” bentak Clara setelah berhasil menyeret Shella keluar dari kantin sekolah, mendudukkannya di bangku taman belakang sekolah dan berkacak pinggang memelototi Shella yang tak kalah marahnya dengan Clara.

“Loe yang apa-apaan! Ngapain loe seret gue kayak gini? Malu-maluin aja loe!”

“Loe yang malu-maluin Shella! Ngapain coba loe pake berantem ama Cindy di depan orang banyak kayak tadi?”

“Loe kan sahabat gue, harusnya loe belain gue tadi! Dan bukan malah narik-narik gue kayak pesakitan gini!”

“Karena gue sahabat loe, makanya gue nyelametin muka loe!”

“Nyelametin apaan? Kalo mau nyelametin tuh harusnya loe tadi nyakar muka Cindy yang kegatelan itu!”

Clara menarik nafas untuk menenangkan dirinya. Shella benar-benar membuatnya jengkel dengan sikap kekanakan yang diperlihatkannya di kantin tadi.

“Shell! Emang loe gak malu berantem ama Cindy gara-gara cowok? Di depan banyak orang lagi! Haduuhh! Loe bener-bener dech Sell! Emangnya cowok cuman Rio doang? Buka mata loe! Tuh banyak cowok di luar sana yang lebih segala-galanya dari Rio!”

“Tapi gue cuman cinta Rio!”

“Cinta? Bener itu cinta? Bukan nafsu terlalu menguasai? Loe tahu gak apa itu cinta? Cinta itu sesuatu yang bisa bikin loe happy! Bukan malah bikin loe tiap hari mewek gara-gara disakitin Rio mulu. Cinta gak akan menyakiti Shell! Apalagi sampai bikin loe berantem ama cewek lain!”

Clara menekan rasa iba dihatinya saat melihat mata Shella dipenuhi genangan air mata. Kali ini dia harus bisa bersikap tegas. Dia harus membuat Shella sadar!

“Lagian loe pernah mikir gak sih? Emang Rio beneran cinta ama loe?”

“Dia pacar gue, Ra!”

“Gue tahu! Emangnya karena dia pacar loe trus berarti dia cinta ama loe?”

“Maksud loe?”

“Lihat aja kelakuan Rio selama ini ama loe! Kalo dia beneran cinta ama loe, dia gak bakal tepe-tepe ama cewek lain! Dia gak bakalan main mata ama Cindy!”

“Ahh.. Itu kan karena Cindynya yang kegatelan!”

“Sekalipun Cindynya yang kegatelan, kalo Rio gak nanggepin. Loe gak bakal berantem ama Cindy hari ini. Ya gak? Loe berantem ama Cindy karena Rio deket ama Cindy sekarang. Mulai sering jalan ama Cindy, mulai nglupain janji-janjinya dan mulai gak merhatiin loe seintens dulu. Ya gak?”

“Dan semua itu gara-gara Cindy!” Teriak Shella marah. “Loe harusnya gak narik gue tadi! Loe harusnya bantu gue!”

“Ampun Shella! Loe mikir gak sih? Kalo gue bisa bikin Cindy bonyok tadi, apa loe bisa jamin Rio bakal balik ama loe? Bakal jadi cowok setia seperti yang loe penginin? Apa loe pikir semua orang di kantin bakal kasih applaus ama loe? 

“Mikir dong Shell! Loe gak lihat temen-temen pada ngetawain loe tadi?”

“Ngetawain gimana?”

“Apa yang loe harapin dari berantem di depan banyak orang? Biar orang-orang tahu kelakuan Cindy? Biar semua jatuh simpati ama loe? Ngedukung loe gitu? Hahahaa..
“Buka mata loe Shell! Bukan dukungan yang loe dapet justru mereka ngetawain loe! Gak malu loe?”

Shella hanya terdiam menatap Clara yang terus memberondongnya dengan kata-kata yang menyakiti hatinya. 

“Jadi cewek tuh harus punya harga diri Shell! Kalo loe mau dihargain orang lain, yah bersikaplah yang bijak! Jangan norak!
“Masalah loe ama Cindy kan bisa loe selesein berdua tanpa ada yang tahu! Loe bisa ngomong baik-baik ama Cindy kalo Rio cowok loe dan loe gak suka dia deket-deket Rio! Bukan dengan berantem di depan banyak orang kayak tadi! Malu-maluin tahu!”

Air mata sudah tumpah dari mata Shella. Tapi Clara berusaha tak memperdulikannya. Shella harus mengerti bahwa apa yang dilakuinnya tadi benar-benar perbuatan kampungan dan memalukan.

“Dan mulai sekarang loe harus siap kalo akhirnya Rio mutusin loe!”

“What?” Teriak Shella.

“Aduh Shell! Emang loe gak mikir kalo perbuatan loe tadi bikin Rio malu dan jadi ketakutan punya cewek macam loe? Cewek yang gak punya harga diri! Gak malu berantem di depan publik! Cewek posesif dan pencemburu!
“Loe pikir Rio gak bakal ketakutan? Aduuhh Shell! Otak loe dimana sih? Mana ada cowok yang seneng punya cewek posesif? Mana ada cowok yang suka saat ceweknya ngelabrak semua temen cewek yang deket ama dia?”

“Rio gak mungkin mutusin gue. Rio cinta ama gue!”

“Hah?? Trus kenapa Rio tadi justru ngumpet?”

“Rio tadi ada?”

“Walah Shell! Dari kata pertama loe maki-maki Cindy, berita sudah kesebar ke seluruh sudut sekolah. Gak mungkin Rio gak denger. Dia pasti tahu! Tapi dia terlalu malu buat kekantin nemuin loe!”

“Jadi?” Isak Shella makin keras.

“Jadi loe harus siap-siap jadi jomblo! Hahahaa…”

“Kok loe kejem banget ama gue sih Ra? Gue kan sahabat loe!”

“Justru karena gue sahabat loe Shella sayang, makanya gue gak ingin loe makin kacau. Loe sadar gak sih kalo gue udah berusaha nyelametin muka loe?”

“Tau ahh! Yang ada loe maki-maki gue kaleee!”

“Hahaha..karena loe cuma mau dengerin kalo gue marah! Gue kan tahu loe Shell!”

“Dan loe menikmati saat maki-maki gue kan?”

“Bwahahahaaaa..” Tawa Clara meledak dan membuat mulut Shella mengerucut menahan geram.
“Ya iyalaaaahhh.. Loe bener-bener tahu gue banget Shell! Bwahahaaa…”

Clara berkelit  dari cubitan Shella dan berlari tunggang langgang menuju kelas, dengan Shella yang menggeram marah mengejarnya.
***

By Rinzhara

salahkah aku jika akhirnya tergoda?

Pagi cantik, sudah sarapan? Sarapan dulu gih! Jangan capek-capek ya!

Aku tersenyum membaca SMS itu, menghapus tanpa membalasnya dan kembali menyibukkan diri dengan rutinitas harianku yang tak pernah ada habisnya. Mencoba mengesampingkan kegembiraan yang hadir karena perhatian kecil yang kudapatkan.
***

Siang sayang, istirahat dulu! Jangan lupa makan siang ya!

Kembali kutekan tombol delete di HPku, kembali menutupnya tanpa membalas pesan yang kuterima. Pesan dari lelaki yang sama yang memberikan kegembiraan kecil di pagiku tadi. Di pagi-pagi sebelumnya dan di siang-siang sebelumnya. Aku tersenyum dan kembali menyibukkan diri dengan anak-anakku yang berteriak menuntut perhatian.
***

Malam say. Jangan malam-malam main internetnya ya! Besok pagi kan harus bangun pagi lagi. Met bubuk cantik, mimpi indah ya!

“Oh Tuhan!” Bisikku pelan. Sampai kapan dia akan bertahan mengirimkan pesan-pesan penuh perhatian? Kenapa dia tak merasa bosan meski sudah berbulan-bulan aku tak memperdulikan SMS-SMSnya?

Dan sampai kapan aku bisa bertahan? Sampai kapan aku bisa bersikap pura-pura tak memperdulikannya? Sampai kapan? Sedang perhatiannya begitu menyejukkan, bagai embun yang menyejukkan hari-hariku yang melelahkan!

Aku menghela nafas lelah. Butuh energi banyak untuk meniadakan perhatiannya. Perhatian kecil yang selalu kurindukan datang dari sosok lelaki sahku. Perhatian kecil yang mampu memercikkan api kegembiraan ditengah kelelahanku mengerjakan tugas-tugas sebagai ibu rumah tangga. Perhatian kecil yang mampu memberiku semangat, yang bisa membuat hatiku berbunga-bunga dan yang mampu membuatku merasa dihargai sebagai seorang perempuan.

Kubaringkan tubuhku diatas ranjang. Betapa beratnya menolak godaan lelaki itu. Betapa beratnya melawan rasa yang mulai hadir. Betapa beratnya menjadi istri setia diantara godaan yang terus datang.

Ahh.. Andai sedikit saja suamiku memiliki apa yang dimiliki lelaki itu! Andai suamiku memberi sedikit saja perhatian padaku, tentu tak akan pernah menjadi masalah untuk bertindak tegas atas godaan lelaki di luar sana. Akan mudah untukku menegurnya dan berkata “berhenti memperhatikanku!”

“Ahh.. Dan salahkah aku jika akhirnya menyerah?” Tanyaku pelan sambil memejamkan mata. Berharap mimpi indah menghampiriku. Seperti pinta lelaki itu! Lelaki yang telah memberi warna bagi hari-hariku. Lelaki yang memiliki apa yang kurindu sepanjang waktuku!

“Dan salahkah aku…?” Tanyaku dalam bisik sebelum lelap menenggelamkanku.
***

by Rinzhara

Air Mata Diantara Ilalang - Bagian 5


Bagian 5 : Air Mata Dalam Cinta

Dia kembali duduk terdiam dibalik meja kerja suaminya. Satu inbox di akun facebooknya kembali datang dari teman yang berbeda. Inbox senada dengan yang dikirim oleh Nita. Inbox yang mengkhawatirkan kegilaannya kembali datang. Inbox duka cita yang dibuat sambil menertawai kesedihannya!
Zhara menarik nafas panjang, berusaha sekuat tenaga menahan kemarahan yang membuat tubuhnya terus menggigil menuntut pelepasan. Zhara tak ingin gegabah. Dia harus mencari jalan untuk menghentikan Bunga. Perempuan murahan itu tak berhak mempermalukannya!
Zhara masih berkutat dengan pikiran dan emosinya saat dikejutkan oleh dering telphon di atas meja suaminya. Menyangka itu kakaknya yang masih rajin menanyakan keadaannya. Zhara mengangkat gagang telphon dengan malas.
“Bisa bicara dengan Zhara?” jantungnya berdetak mendengar suara pria di ujung sana. Sedikit heran saat mendapati ada seseorang yang mencarinya. Dia tak pernah memiliki satupun teman yang memiliki nomor telphon rumahnya. Apalagi seorang pria. Satu-satunya teman bagi Zhara selama beberapa tahun terakhir hidupnya hanyalah suami yang dicintainya!
“Ya? Siapa ini?”
“Bara. Masih ingat? Adik Dion.” gagang telphon itu hampir terlepas dari tangan Zhara.
“Ba..ra?” tanyanya gagap. “Ada apa?”
“Ah tidak. Maaf mengejutkanmu. Aku dapat nomor dari ibumu, kemarin aku bertemu beliau dan menanyakan keadaanmu. Aku turut prihatin dengan apa yang menimpa suamimu. Kau baik-baik saja kan?” Zhara terdiam sesaat.
Tak mengerti kenapa semua orang jadi merasa berhak mengumumkan duka yang menimpanya.
“Aku baik-baik saja. Hanya sedikit kaget ibuku menceritakannya padamu.”
“Oh, bukan ibumu yang mengabarkan padaku. Tapi Siska. Masih ingatkan?” Zhara ingat siapa Siska. Tapi dia hanya diam mendengarkan Bara terus berbicara.
“Kemarin Siska menghubungiku. Sahabatmu menemui Siska dan mengabarkan tentang suamimu.”
“Sahabat?” sambar Zhara cepat.
“Ya! Dia mengkhawatirkan kondisimu. Dan kami juga. Adakah yang bisa kami bantu untukmu Zhara?”
“Tidak! Aku baik-baik saja. Siapa namanya? Yang mengaku sahabatku?”
“Entah aku lupa meski Siska sempat menyebutnya. Atau aku bisa menanyakannya pada Siska jika kau membutuhkannya?”
“Bunga?” tanya Zhara tanpa memperdulikan pertanyaan Bara.
“Ah ya! Itu dia! Bunga!” getar kemarahan itu kembali menguasai Zhara.
“Aku baik-baik saja Bara. Dan terima kasih karena memperhatikanku. Maaf, ada hal yang harus kulakukan. Sampaikan salamku pada Siska. Bye!” dan diputusnya sambungan telphon tanpa menunggu jawaban Bara.
Sesuatu dalam diri Zhara menggelegak keluar. Dia membuka laci meja suaminya, meraih HP yang tergeletak disana, menyalakannya dan mulai mencari nama seseorang diantara deretan nama-nama yang tak dikenalnya.
Tak ada nama Bunga!
Lelaki selalu saja mengaburkan selingkuhannya. Agar bayangannya tak tampak, agar baunya tak tercium pasangannya yang sah!
Zhara mendengus kesal!
“Aku harus bisa mendapatkannya!”

Simak selengkapnya di “air mata diantara illalang” segera terbit!!

Air Mata Diantara Ilalang - bagian 4


Bagian 4 : Pencarian Bunga

Detak suara langkah Bunga menggema di koridor rumah sakit yang masih tampak lengang pagi ini. Dia memang datang lebih awal dari waktu yang telah dijanjikan Maya, mantan teman sekolahnya di SMA. Tapi setelah semalaman tak bisa memejamkan mata, setelah semalaman pikirannya dihantui berbagai prasangka dan kecurigaan. Begitu matahari menampakkan dirinya, Bunga segera bergegas keluar dari rumah. Berharap mendapatkan informasi yang diinginkannya dari Maya sehubungan dengan kasus kematian kekasihnya.
Bunga melihat jam di pergelangan tangannya. Masih tersisa waktu satu jam baginya dan itu berarti masih ada waktu untuk mengisi perutnya yang mulai keroncongan. Bunga melangkah cepat menuju halaman belakang rumah sakit. Berjalan dengan langkah bergegas kearah kantin yang berjejer di sana, memilih salah satunya dan berharap mendapatkan makanan yang rasanya tak mengacaukan seleranya.
Kantin itu tampak sepi saat Bunga memasukinya, memilih tempat duduk di sudut ruangan dan memesan soto kudus saat melihatnya ada diantara menu di meja. Meraih HPnya dari dalam tas, membuka email yang masuk dan mulai asik membaca satu demi satu sambil menyantap soto yang baru saja diantarkan padanya.
Sedikit terkejut dengan rasanya. Makanan rumah sakit selalu diidentikkan dengan makanan tanpa rasa. Dan mengejutkan saat mendapati bahwa soto itu ternyata tak kalah rasanya dengan soto kudus franchise dari Semarang yang terkenal.
“Wah! Betapa beruntungnya kau memilih menu yang tepat. Soto kudus merupakan menu kebanggaan kantin ini. Nikmat bukan?” Bunga mengangkat kepalanya cepat. Bersorak dan bangkit memeluk Maya yang telah berada di depannya.

Simak selengkapnya di “air mata diantara illalang” segera terbit!!

menantimu


Betapa kuingin lagi lihat kau tersenyum..
Ahh andai mungkin bahkan kuingin sekedar tahu kabarmu..
Kadang keinginan itu tak terbendung..
Mengenang dan merindu..
Membayangkan kisah kita tetap utuh..
Berharap tak pernah ada badai itu!
Ahh..
Kenapa bayangmu tak sanggup terhapus?
Bahkan dengan panjangnya rentang waktu..
Kenapa rasa ini begitu menggebu?
Bahkan setelah kuberlari menjauh..

Ahh..
Andai kutahu rindu bisa begitu menyakitkan..
Kan kutahan curiga..
Dan tak kan kucecar kau dengan prasangka..
Andai kutahu rasa ini tak mudah hilang..
Kan kunikmati adanya
Dan mungkin kini kita masih bersama!

Ahh..
Betapa kuingin mengubah rasa
Bahkan andai mungkin kutak ingin ada jumpa..
Jika duka akhirnya yang kudapat
jika airmata akhirnya yang kau berikan..

Ahh..
Setidaknya beri aku satu kesempatan tuk meminta..
Kembalikan hatiku yang telah kau bawa!
Meski penuh luka..
Meski hatiku tak lagi berwarna..
Meski pada akhirnya hati itu kan membeku tanpa asa!!


By rinzhara

Upz..Maaf sayang..


Kutahu kau terus mengikutiku
Kurasakan adamu
Kucium keberadaanmu
Dan kubuat kau ria dengan tangisku
Ahh ya! Andai kau tahu semua palsu
Andai kau tahu ada senyum di sudut
Andai kau tahu semua hanya tipu

Seperti tipu rasaku
Seperti air mataku yang palsu
Seperti adanya diriku bagimu

Ahh ya! Tanpa kau sangka
Aku tertawa bahagia
Melihat bayangmu dalam gelap
Mencium baumu yang tak sedap
Yang terus mengintipku tanpa jeda

Ahh maaf sayang!
Kau bahkan tak berharga untuk dikenang
Upz maaf!!


by Rinzhara

ahh..sudahlah!

Aku mengerjap!
Tertunduk sungkan saat kau menatap
Tersenyum rikuh saat kau merengkuh
mendekapku hingga melenguh!
Lirih mendesah!
Saat kau mulai ukir kisah indah
Menggeliat seirama sentuhan yang menggoda.
Perlahan tarian kenikmatan merasuki sukma
Binar-binar berpijar bersama percik api yang menyambar
Desah nafas, lenguh nikmat berpacu dengan derit yang bergelora
Rengkuh dan pagut saling berlomba, Tersengal oleh tetes keringat
Dan semua pijar menyala, Menyilaukan rasa, Menenggelamkan jiwa!
Hingga api berkobar, membutakanku dalam gelombang rasa
Menyeretku dalam arus derasnya
Aku tersengal menggapai dalam kegelapan yang hampir meledak..

Sesaat..
Dan terhempas dalam jurang yang begitu menyakitkan
…………………………
Hampa!
Ahh..sudahlah!

By Rinzhara

meski kau tlah berlalu dariku

Awalnya kukira akan sulit bagiku berjalan.. Tanpa rengkuhmu yang menuntun langkah.
Sudah terbayang betapa terasa kelam.. Tanpa kau yang memberikan warna.
Hingga asaku patah.. Begitu kau menjauh dan sirna.
Hingga kutak sanggup menapak.. terbebani mimpi yang karam..

Dan aku terpuruk.. takut akan bayangan..

Belum kucoba melangkah tapi gamang sudah menghadang,
Belum kucoba melihat tapi gelap yang terbayang..

Dan aku terus terperosok dalam gelap yang kucipta..

Hingga kudengar tawamu dikejauhan.. Hingga kulihat bayangmu bermesraan dengannya.. Hingga kesadaran memaksaku membuka mata lebar-lebar..
Bahwa kau tak melihatku meski sekilas!
Dukaku tak mencegah langkahmu menjauh.. Air mataku tak membuatmu tertegun iba padaku..
Bahkan jeritanku tak menggerakkan lenganmu datang merengkuh..
Kau terus berlalu tanpa sekalipun menoleh padaku..

Dan dukapun berubah menjadi luka penuh darah.. Darah yang terus meneteskan amarah..
Aku tak rela terbelenggu kelam!
Sementara kau disana tertawa tanpa rasa bersalah.. Tak mengingat janji yang terucap.. Tak peduli dengan benih yang telah kau sebar

dan amarahpun perlahan berubah menjadi dendam..
Kan kubuat kau menyesal telah berlalu tanpa sapa.. Kan kubuat kau menangis mencampakkanku begitu saja.. Kan kubuat kau berlutut memohon rasa..

Kan kubuat diriku indah dan berwarna.. Kan kuhadirkan tawa dan ceria.. Kan kulukis banyak bahagia..
Hingga diriku tampak jelita.. Hingga cahayaku gemerlap.. Hingga kau mampu melihat..
Dan
Akhirnya aku mampu berucap..
Bumi tak kan berhenti berputar meski hatiku tlah kau patahkan!!



By Rinzhara

Air Mata Diantara Ilalang - Bagian 3


Bagian 3 : Sebuah Tanya diantara Air mata

“Seminggu yang lalu?” tanya Bunga dalam hati. “Bagaimana mungkin? Sakitkah ia? Apa yang terjadi dengannya? Semua masih baik-baik saja seminggu yang lalu saat mereka bertemu, bagaimana mungkin kini dia telah tiada?”
Berbagai tanya terus menyerbu benak Bunga sementara perasaan syok mendengar berita kematian Jo belum juga berkurang. Bunga membuka laptop di depannya dan segera menelusuri deretan email yang dikirim Jo padanya.
Tak ada yang aneh! Bahkan akhir-akhir ini dia tampak ceria dan merasa gembira karena akhirnya Bunga bersedia menikah siri dengannya. Jika dia merasakan sakit atau memiliki penyakit dalam tubuhnya, Jo pasti menceritakannya pada Bunga. Selama ini tak ada yang disembunyikan Jo darinya. Rasa capeknya, frustasinya akan beban kerja yang tak sebanding dengan kompensasi yang diterima dan juga tentang rumah tangganya. Tentang istri yang dinikahinya tanpa cinta!
Bunga mendesah teringat kata-katanya saat Jo mengeluhkan banyak hal tentang istrinya.

Simak selengkapnya di “air mata diantara illalang” segera terbit!!