[serial - peri kecilku] MAHALNYA KATA MAAFMU, NAK!

Tidak seperti biasanya, Andi pulang sebelum adzan maghrib berkumandang, dengan baju yang kotor disana-sini, mata menyorotkan kemarahan dan mulut yang cemberut. Tanpa mengucapkan salam pada ibu yang sedang membaca majalah di ruang tamu, Andi bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Kebiasaan Andi yang diajarkan ibu jika pulang main dengan teman-temannya.






13235064161701020662

image from google



“Andi, duduk sini nak!” kata ibu melihat Andi telah selesai membersihkan diri.
“Bertengkar sama teman? Tanya ibu lembut
Andi menggeleng.
“Terus?” Tanya ibu lagi
“Itu bu, mbah Karno..”
“Kenapa mbah Karno?”
“Masak dia marah-marah ama Andi cuma gara-gara bola yang kami mainkan masuk ke halamannya. Padahal Andi kan gak sengaja mengarahkan bola ke halamannya. Ih..sebel dech!”
Ibu tersenyum mendengarkan Andi ngomel-ngomel mengeluarkan kemarahannya.
“Emang Andi main bolanya dimana?”
“Di jalan depan rumah mbah Karno, bu! Bukan di halamannya! Huh! Lagian siapa juga yang mau main di halamannya yang sempit itu? Dasar mbah Karno nya aja ke GR an.”
“Sshhtt..marah boleh sayang, tapi tidak baik mengata-ngatai orang tua. Ok?”
Dan bibir Andipun makin cemberut meski kepalanya mengangguk.
“Ada yang rusak nggak waktu bolanya masuk halaman mbah Karno?” Tanya ibu
“Nggaaak bu! Lagian marahnya gak jelas banget tuh kakek-kakek, namanya main bola kan ya wajar dong bolanya kemana-mana. Jadi bukan salah Andi kalau bolanya lari kerumah dia. Udah gitu pakai marah-marah lagi, nyalahin Andi yang main bola disitu. Ihh emangnya itu jalan milik nenek moyangnya apa? Itukan jalan umum.”
“Ya udah, besok lagi kalau main bola di lapangan. Jangan didalam komplek ya! Terus Andi sudah minta maaf kan ke mbah Karno?”
“Minta maaf??” Teriak Andi kencang. “Andi gak salah bu! Andi kan nggak ngarahin bola itu ke rumah mbah karno! Emangnya andi salah kalau tiba-tiba bolanya masuk halaman rumah dia?”
“Andi sayang, tarik nafas dulu!” Kata ibu dengan suara lembut tapi tegas. “Ibu tahu, Andi anak ibu gak mungkin sengaja menendang bola kearah rumah mbah Karno, ibu percaya sama Andi."
“Iya bu!”
“Tapi Andi juga harus ngertiin perasaan mbah Karno. Menurut ibu, wajar mbah Karno marah, beliau kan kawatir bola kalian mengenai barang-barang mbah Karno. Lagian mbah Karno marah mungkin karena Andi gak merasa bersalah dan tidak minta maaf.”
“Yeee..orang emang Andi nggak salah! Ibu gimana sih kok malah belain kakek tua sensitif itu dan bukannya belain anak ibu?”
“Karena anak ibu salah!”
“Andi gak salah!!” teriak Andi kencang.
“Ok..ok..dengar ibu! Ibu sekarang mau tanya, dimana tempat yang sebenarnya untuk main bola?”
“Ah ibu..kan Andi..”
“Jawab saja sayang!” Kata ibu dengan suara lebih lembut.
“Iya..iya..di lapangan.”
“Itu kesalahan Andi pertama. Mau sengaja atau tidak, karena Andi main disitu, Andi harus bertanggung jawab sepenuhnya jika bola itu mengenai orang lain atau rumah orang lain. Karena Andi main bola bukan di tempat yang benar! Dan juga karena Andi lah yang menendang bola itu!"
“Ibu sering bilang kan sama Andi, bagaimana kita harus bertanggung jawab atas semua yang kita katakan atau lakukan jika itu mengakibatkan orang lain merasa dirugikan atau merasa disakiti. Meskipun kita tak pernah bermaksud merugikan atau menyakitinya.”
“Itulah pula kenapa ibu selalu berpesan pada Andi untuk hati-hati. Hati-hati bersikap dalam pergaulan, hati-hati melangkah, hati-hati berbicara dan hati-hati disegala hal.”
“Dan jika dengan berhati-hatipun kita akhirnya masih merugikan atau menyakiti orang lain secara tidak sengaja, tidak ada salahnya minta maaf sayang. Jangan mahal-mahal dengan kata maaf. Karena sebenarnya kata maaf itu bisa memperbaiki segala hal buruk yang terjadi.”
“Coba tadi Andi langsung minta maaf sama mbah Karno, tentu beliau tak sampai marah-marah kan?”
“Paham sayang, maksud ibu?”
“Iya bu, maafin Andi.”
Ibu tersenyum penuh kasih pada Andi.
“Satu lagi sayang, seberapapun marahnya kita pada orang lain, apalagi dia lebih tua daripada kita, jangan pernah menggunakan kata-kata kasar! Ok sayang!”

“Ingat selalu sopan santun itu! Karena sopan santun lah yang akan membuat kita dihargai oleh orang lain."
“Sopan santun akan membuat kita banyak teman, menghindarkan kita dari dibenci orang lain dan yang pasti kalau Andi sopan ibu bangga sekali ama Andi.”
“Ya sudah..” lanjut ibu melihat Andi hanya diam dan menunduk. "Besok ajak temanmu untuk minta maaf sama mbah Karno. Ok sayang?”
Kemarahan belum hilang dari wajah Andi, tapi ibu percaya bahwa Andi anak baik. Saat kemarahan itu nanti mereda, dia akan menyadari kesalahannya. Perlahan ibu berjalan keluar rumah, bermaksud ke rumah mbah Karno untuk meminta maaf atas kelakuan Andi.


***
(By Rinzhara)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar