rasa sesaat


  • Bersemi?
Entahlah..
  • Kenapa menipu diri?
Kenapa bertanya?
  • Kau tahu kenapa!
Tidak! Aku tak mengerti!
  • Ahh sudahlah!

Riani mendesah jengkel. Ingin segera menutup jendela chat dilayar Laptopnya. Tapi dia tak bisa! Bagaimanapun saat ini adalah saat-saat yang selalu ditunggunya akhir-akhir ini.

  • Buzz! Kau mencintaiku!
Ya!
  • Lalu?
Hanya rasa..
  • Maksudmu??
Ya! Kita hanya rasa! Hanya sebatas rasa..dan biarkan waktu memudarkannya!
  • Sanggupkah kamu?
Bukan hanya aku..tapi kita!
  • Tidak buatku..

Riani kembali mendesah. Ada sedikit nyeri yang menyayat hatinya. Sakit! Ternyata memang lebih sulit menipu hati..
Ahh! Kenapa begitu sulit meyakinkan lelaki itu bahwa rasa mereka salah! Tak tahukah dia? Bahwa dengan caranya memaksa Riani untuk menerimanya membuat hati Riani semakin tersayat!
Dengan kasar Riani menyeka matanya. Dia tak ingin menangis! Tidak boleh menangis! Tidak pantas perempuan bersuami menangisi lelaki lain!

  • Buzz!
    Anto..sudah! Cukup! Seminggu ini kamu terus menanyakan hal yang sama..tidak bisakah kita bersahabat?
  • Tidak! Aku ingin memilikimu!
OMG!! Tidakkah kamu sadar? Semua ini hanya akan berakhir dengan rasa sakit!
  • Aku menyayangimu Riani! Aku tak akan menyakitimu! Akan kubuat kau bahagia..
Bullshit! Bagaimana bisa kau bilang begitu?
  • Riani sayang, kau harus percaya padaku! Rasa kita kuat dan kita akan bahagia.
Tidak! Mana ada perselingkuhan membawa bahagia?? Bagaimana kebahagiaan bisa kita dapatkan jika banyak orang yang akan menangis karena kebodohan kita! Cukup! Sebaiknya memang kita tak lagi berhubungan. Goodbye!

Dengan cepat Riani menekan tombol logout di jendela chatnya.

“Oh My God!! Kuatkan aku!” bisik Riani lirih sambil sibuk menghapus air mata yang tak lagi mampu dibendungnya. Pandangan riani nanar menatap layar di depannya, sesekali tangannya mengusap air mata yang tak mau berhenti menetes. Bahu riani berguncang, isak lirih terdengar diantara rangkaian kata yang meluncur pelan dari mulutnya.

“Kenapa semesta mempertemukan kami jika akhirnya hanya rasa sakit yang kami terima?
“Kenapa Kau tumbuhkan rasa di hati kami jika Kau tahu keadaan kami tak memungkinkan untuk menyatukan rasa?
“Kenapa? Kenapa Tuhan??” air mata semakin deras membasahi wajah Riani.
“Oh Tuhan.. tidakkah lelaki itu sadar? Bahwa dia juga tak mungkin meninggalkan istrinya? Oh Tuhan…”

Bahunya tersengal menahan isak agar tak terdengar anak-anaknya yang sedang bermain di luar kamarnya. Tak dapat dipungkiri hatinya berdarah, dia mencintai lelaki itu. Rasa cinta yang membuatnya hampir melupakan anak-anak dan suaminya. Rasa cinta yang datang di saat yang tak tepat. Riani menarik nafas panjang. Mencoba sedikit meredakan perih di hatinya.

Luka ini akan sembuh pada akhirnya. Dia tahu itu! Meski meninggalkan bekas dan akan membuat hidupnya gagap untuk sesaat.
Ya sesaat! Karena waktu akan menghapus lukanya, waktu juga akan membuat rasa ini memudar dan bersama waktu pula hidupnya akan berjalan seperti sedia kala.

Benarkah?

***

By Bungailalang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar