BAB 1



 
CUPLIKAN BAB 1

Badannya masih terlalu lemah untuk bergerak, seluruh tulangnya terasa patah ditiap sendinya, tak sanggup menopang tubuhnya untuk dapat berdiri tegak. Tapi dipaksanya tubuh ringkihnya untuk bangkit dan meraup pakaian yang berserakan di lantai. Dengan gerakan tertatih dia menelusupkan tubuh mungilnya ke dalam pakaian yang dia kenakan semalam, meringis kecil saat luka-luka dikulitnya tergesek kain bajunya, melirik lelaki yang tertidur pulas diatas ranjang dengan posisi terlentang polos tak berbusana.
Suara keras dengkur lelaki itu meredam langkah kakinya, memberinya kesempatan untuk bisa bebas bergerak.
Tanpa menimbulkan suara, dia membuka pelan pintu kamar, menyambar kunci pintu depan villa dan melirik dompet tebal, kunci mobil dan HP berharga puluhan juta yang tergeletak diatas meja dekat pintu kamar. Hanya sekejab keraguan itu terbersit sebelum secepat kilat menyambar ketiga barang diatas meja tersebut. Mengeluarkan seluruh isi dompet itu, menyisakan identitas dan kartu kredit si empunya dan melempar dompet itu kembali ke atas meja.

Setengah berlari dengan kaki terseret wanita itu melesat kearah pintu depan, memutar kuncinya dan keluar. Lega bisa menghirup udara luar villa yang terasa segar setelah beberapa hari terkurung dengan lelaki biadap itu di kamar.
Dengan kecepatan yang bisa dilakukan kakinya, tak menghiraukan teriakan kesakitan tubuhnya, wanita itu segera berlari kencang kearah mobil yang terparkir di halaman depan villa. Memundurkan mobil dengan suara mencicit, memutar kemudinya 180 derajat dan menginjak pedal gas dalam-dalam, berharap mobil itu bisa secepatnya membawa dia keluar dari villa itu. Dari lelaki biadap yang menjijikkan itu.
Dia tak tahu kemana jalan yang dilaluinya akan berujung, saat ini yang terpenting buatnya adalah pergi sejauh-jauhnya dari villa itu, dari lelaki keparat yang telah memperkosanya puluhan kali. Terbayang kembali siksaan yang diterimanya semalam, cambukan-cambukan itu masih terasa perih di kulitnya, tendangan dan pukulan lelaki itu membuat seluruh tubuhnya lebam dan memar. Namun diantara semua siksaan lelaki itu, yang paling menyakitkan hatinya saat sebuah benda panjang dan bergerigi dipaksa masuk ke dalam dirinya.
Isak pelan keluar dari mulutnya. Tanpa dapat dicegah air mata mengalir membasahi wajahnya, pandangannya menjadi buram menutupi penglihatannya dari jalan yang berliku-liku di hadapannya. Secara refleks dia memelankan laju kendaraannya. dia tak ingin mati konyol setelah bisa bebas dari lelaki yang telah mengurungnya selama berhari-hari itu.
***


words = 1.825

2 komentar: