BAB 4



CUPLIKAN BAB 4


Entah kapan Bayu masuk ke kamarnya, dia tak pernah bertemu dengannya selama tinggal di kamar ini. Hingga tak bisa melaksanakan rencananya untuk memohon belas kasihan Bayu pada anak-anaknya yang pasti telah menunggu kedatangannya. Beberapa hari di kamar ini, dia hanya menemukan catatan-catatan Bayu, seporsi makanan, kulkas yang kembali terisi, beberapa bacaan, perlengkapan mandi baru dan bahkan pembalut.
Hingga hari itu, saat tiba-tiba Meeta mendengar derit pintu kamarnya dibuka dan mendapati Bayu melangkah masuk dengan tenang.
“Mau jalan-jalan?” Tanya Bayu sopan.
“Aku mau pulang, Bay. Please.. Kasian anak-anakku merindukanku. Please, Bay! Kamu tidak lupa kan bahwa aku seorang ibu dari dua anak yang masih balita? Mereka sangat membutuhkanku Bay.” Kata Meeta dengan mengiba memohon pada Bayu.
Bayu hanya terdiam memandang Meeta. Tak ada ekspresi apapun diwajahnya.
“Saat ini tentu mereka sedang menungguku pulang, Bay. Ingat kan? Aku menjanjikan secepatnya pulang saat dalam perjalanan. Si kakak tak kan mau beranjak dari depan pintu sebelum aku datang.”
Tanpa menghiraukan rengekan Meeta, Bayu berjalan menuju almari di kamar itu, memilah-milah tumpukan baju yang dibelikannya untuk Meeta dan menarik satu dress berwarna biru muda sebelum menyerahkannya pada Meeta.
“Aku ingin mengajakmu jalan-jalan, agar kau tak bosan terus terkurung di kamar ini. Pakai ini! Dan make up wajahmu secantik mungkin! Satu jam lagi aku jemput.”
“Bay..” Panggil Meeta begitu melihat Bayu akan meninggalkannya.
Bayu membalikkan badannya, menghentikan gerakan tangannya yang hendak menutup pintu kamar Meeta.
“Kau boleh pulang setelah kau menemaniku bertemu sahabatku. Bersikap baiklah! Dan kau bebas!”

Meeta tahu Bayu berbohong! Tak kan semudah itu dia membiarkan Meeta pergi. Bahkan Meeta sudah bisa meraba apa rencana Bayu mengajaknya keluar kali ini. Dia berusaha menghilangkan rasa panik dan takut di hatinya, dia tak ingin ketakutan membuatnya tak bisa berpikir jernih. Dan tak henti hati Meeta berdoa, semoga waktu berjalan cepat dan apa yang akan dia hadapi nanti tak membekas diingatannya! Dia tak ingin ingatannya bersama lelaki manapun yang membelinya dari Bayu berada dikepalanya.
“Bersikap baiklah!” Kata Bayu begitu Meeta duduk didalam mobil.
“Kita mau kemana?”
“Jalan-jalan menemui seorang teman.”
“Iya, kemana?”
“Puncak.”
“Puncak? Bukankah ini Puncak?” Kejar Meeta.
Bayu menjalankan mobilnya pelan. Menoleh sesaat pada Meeta dan tersenyum.
“Bukan Meet! Ini Sukabumi.”
“Berapa yang kau terima dengan menjualku?”
Bayu secepat kilat menoleh, menghujamkan tatapan yang menyeramkan pada Meeta. Tapi Meeta hanya balas menatapnya dengan sorot mata menuntut. Perasaan takut di hati Meeta sudah lenyap, berganti rasa marah dan frustasi pada apa yang Bayu lakukan kepadanya.
“Aku akan membayarmu dua kali lipat dari yang kau dapatkan dari menjualku. Biarkan aku menghubungi suamiku, agar dia bisa membawa sejumlah uang yang kau inginkan dan menjemputku.”
“Diam dan tidurlah!” Kata Bayu tenang.
“Kau punya ibu, Bay? Punya kakak atau adik perempuan? Bagaimana perasaanmu jika mereka diposisiku? Relakah kau jika mereka dijual pada lelaki hidung belang?”
“Diam!” Bentak Bayu mulai tak sabar.
“Bagaimana perasaanmu, jika mereka dipaksa untuk melayani nafsu binatang para lelaki yang bahkan tak mereka kenal?”
“Lupakah kau Bay? Kami juga manusia seperti ibu dan saudara perempuanmu! Aku juga memiliki dua orang anak! Bagaimana perasaan mereka jika tahu kau menjual ibu mereka pada lelaki-lelaki keparat itu? Kamu juga punya orang tua Bay! Tidakkah kau sadar? Apa yang kau lakukan pada kami bisa juga menimpa saudara dan ibumu!”
“Diaaammm!!!” Suara Bayu membahana memecah kesunyian malam, membuat Meeta sedikti terlonjak. Tapi tak cukup membuatnya gentar.
“Apakah kediamanku membenarkan tindakanmu pada kami, bay? Kamu masih bisa berhenti. Lepaskan kami dan kami akan berjanji tak kan melaporkanmu ke Polisi.”
Secara tiba-tiba Bayu menghentikan mobilnya dengan kasar. Keluar dan membuka pintu di samping Meeta. Memaksa Meeta menenggak air mineral yang dibawanya. Penolakan Meeta tak berpengaruh banyak, posisi Bayu dan kekuatannya dengan mudah bisa membuat Meeta menenggak air itu beberapa tegukan. Baju dan wajah Meeta basah kuyup karena perlawanan yang dia berikan. Dia masih bisa mendengar makian dan umpatan kemarahan Bayu sebelum akhirnya terlelap.
Dengan penuh amarah, Bayu memacu mobilnya dengan cepat. Meeta memang pantas mendapat pembalasan! Dan dia tersenyum puas saat membayangkan jeritan ketakutan Meeta dihadapan lelaki kejam yang sesaat lagi akan mereka temui.
***

Total bab 1 - 3 = 6.363 words
bab 4 = 2.047 words === total bab 1 - 4 = 8.410 words

Tidak ada komentar:

Posting Komentar